Menghindari Budaya Kerja Buruk Ketika Membangun Bisnis
Menghindari Budaya Kerja
Buruk Ketika Membangun Bisnis
Budaya pada dasarnya adalah sebuah
kesepakatan tentang perilaku yang bersifat baik, namun terkadang bisa muncul budaya
kerja buruk. Hal ini tentunya menjadi kontra produktif serta malah
menghambat sebuah bisnis bisa mencapai tujuannya.
Sebagai seorang pemilik bisnis, hal
ini harus diperhatikan serta diamati perkembangannya. Karena kemunculannya
sangat tidak disadari, bahkan terkadang bisa jadi Anda malah mendukung
munculnya perilaku kontra produktif hingga membudaya.
Langkah terbaiknya adalah menyadari
dan segera menindaklanjuti apabila ditemukan perilaku – perilaku kontra
produktif. Sehingga tidak mengganggu sistem kerja bisnis dalam jangka panjang.
Dengan demikian proses produksi tetap bisa berjalan lancar.
Setiap perhimpunan, entah kelompok
masyarakat, serikat kerja, atau sistem dalam sebuah bisnis tentunya memiliki
sebuah tujuan. Untuk mencapainya harus ditunjang dengan perilaku – perilaku
tertentu yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Contohnya ketika hendak berbisnis
mengenai makanan atau restoran, harus ditunjang dengan gerak cepat. Mulai dari
menyiapkan bahan makanan hingga mengantarkan pada pelanggan. Karena apabila
tidak demikian akan memperoleh komplain dari pelanggan yang lapar.
Berbeda ketika berbisnis di bidang
pakaian, tidak harus gerak cepat karena pakaian bisa bertahan hingga waktu
lama. Komplain terjadi bukan karena kecepatan, tetapi karena kualitas produk
pakaiannya. Oleh karenanya fokus dan perilaku yang dibangun juga berbeda.
Ketelitian dan keuletan dalam menjahit
mungkin menjadi perilaku utama untuk dibiasakan dalam bisnis pakaian tersebut. Apabila
ada perilaku yang menjauhkan diri dari sikap teliti dan ulet, merupakan bibit –
bibit dari kemunculan budaya kerja buruk.
Budaya sendiri merupakan sebuah
kesepakatan perilaku dari anggotanya, kalau dalam bisnis berarti para pelaku
bisnisnya, agar bisa mencapai tujuan dengan efektif efisien. Sifatnya berulang
dan harus menjadi reflek bagi para anggotanya.
Budaya sebenarnya mirip dengan hukum,
yaitu sama – sama mengikat anggotanya. Perbedaannya adalah ketika terjadi
pelanggaran, budaya cenderung persuasif sedangkan hukum cenderung koersif atau
menindak tegas pelanggarnya.
Budaya sebenarnya terbentuk dari
pembiasaan perilaku secara berulang. Karenanya apabila ada perilaku kontra
produktif dan dilakukan secara berulang oleh anggotanya, ada kemungkinan muncul
budaya kerja yang buruk pada sistem
bisnis Anda.
Bagaimana Budaya Kerja Buruk Bisa Terbangun?
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa sebuah perilaku berulang bisa dianggap sebagai sebuah perilaku
baik yang harus senantiasa dilakukan. Kondisi tersebut dikenal sebagai perilaku
yang membudaya, bisa berupa perilaku baik atau buruk.
Baik dan buruk memiliki acuan
tertentu, contohnya di sekolah memanjangkan rambut merupakan perilaku buruk,
tetapi di tempat kerja memanjangkan rambut terkadang tidak menjadi masalah.
Perbedaan penilaian tersebut dikarenakan perbedaan acuan.
Untuk urusan bisnis acuan yang
digunakan untuk menilai perilaku adalah target atau tujuan dari proyek
bisnisnya. Ketika perilaku tersebut menjauhkan bisnis mencapai targetnya maka
disebut sebagai hal buruk, begitu juga
sebaliknya.
Beberapa contoh perilaku buruk dalam
dunia bisnis di bidang penulisan adalah tidak mengomunikasikan secara jujur ke
tim atau klien, tidak memeriksa ulang hasil tulisannya, banyak copas dari
berbagai sumber, dan sebagainya.
Ketika perilakunya tersebut dimaklumi
atau dibiarkan, maka akan ada banyak orang melakukannya karena menganggap bahwa
hal tersebut masih dianggap tidak masalah (baik). Hingga akhirnya membentuk budaya
kerja buruk di lingkungan kerja.
Kesalahan keteladanan juga bisa
menjadi salah satu penyebab munculnya budaya kontra produktif. Contohnya
bekerja terlalu keras, hingga akhirnya membuat anak buahnya mengikuti hingga
overwork dan pada akhirnya jatuh sakit.
Kesalahan memahami budayanya juga bisa
menjadi salah satu cara memunculkan sesuatu yang kontra produktif. Contohnya
memahami budaya kerja keras di perusahaan menjadi lemburan setiap hari. Efeknya
adalah banyak pegawai kecapekan dan lemes ketika bekerja.
Dampak
dari Berkembangnya Budaya Kerja Buruk
Pada Bisnis
Sebuah organisasi atau bisnis bisa
terlihat hidup dari budayanya. Salah satunya tercermin pada bagaimana karyawan
bersikap. Apabila hal ini terus dilanjutkan, akan ada beberapa dampak negatif
bagi perkembangan bisnis Anda terutama jangka panjang.
1.
Menurunnya Motivasi Bekerja
Terkadang ada berbagai sikap kontra
produktif yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan motivasi bekerjanya.
Misalnya rekan kerja yang suka mengadu domba atau atasan yang menyalahkan tanpa
melihat prosesnya terlebih dahulu.
Turunnya motivasi kerja tersebut
tentunya berdampak pada kenyamanan seseorang serta menjadi budaya
kerja buruk. Cenderung
melakukan banyak kesalahan menjadi salah satu ciri apabila motivasi kerjanya
mulai menurun.
2.
Disiplin dan Tanggung Jawab Pegawai Mulai
Berkurang
Seseorang menjadi lebih mudah
mengabaikan kedisiplinan dan menjadi tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Seperti bermain HP ketika jam produktif atau mengabaikan tugas – tugas yang
dibebankan kepadanya, nantinya tinggal beralasan saja.
3.
Komunikasi Tidak Lagi Terbuka
Kondisi ini muncul ketika bos sering
memarahi bawahannya tanpa mau mendengarkan terlebih dahulu. Agar lolos dari
kemarahan bosnya, biasanya bawahan akan memberikan laporan yang ingin bos
dengar saja. Akibatnya keterbukaan informasi menjadi rancu.
4.
Turn Over Rate Tinggi
Budaya kerja
yang buruk juga menjadi
penyebab turn over rate sebuah perusahaan menjadi sangat tinggi. Tidak betahnya
pegawai berada pada lingkungan kurang kondusif membuat mereka sering keluar
dari tempat kerjanya. Tentu cost untuk rekruitmen tidak sedikit.
Mengenali
Ciri Muncul Budaya Kerja Buruk
Pada Bisnis Anda
Terkadang tidak menyadari bahwa sudah
terbangun kebudayaan buruk pada kantor bisnis Anda. Karena memang terbentuknya
secara perlahan dan dikuatkan karena adanya kenyamanan di sana. Oleh karenanya
harus segera mengidentifikasi hal ini.
1.
Mulai Meremehkan Kemampuan Karyawan
Keterampilan seorang karyawan tidak
hanya terlihat dari hasilnya, tetapi juga proses serta pencarian ide
dibaliknya. Kurang maunya atasan untuk mendengarkan serta memahami berbagai
proses karyawannya bisa jadi merupakan tanda bahwa muncul perilaku kontra
produktif.
Padahal pada sebuah bisnis, inovasi
merupakan penggerak atau penentu pembeda dari kompetitor. Sehingga bisa lebih
bersaing bahkan menguasai pasar ketika inovasi yang dimunculkan mampu
memberikan kemanfaatan bagi masyarakat.
2.
Komunikasi Kurang Terbuka
Komunikasi menjadi kunci bagi
kesuksesan kerja sama antar berbagai divisi dalam sebuah lingkungan bisnis.
Seorang manajer tentunya memerlukan input aktual dari pekerja lapangannya,
sehingga bisa membuat keputusan tepat sasaran.
Apabila rantai komunikasinya mulai
bermasalah, seperti jarang memberikan laporan rutin atau melaporkan tidak
sesuai dengan kondisi sebenarnya, maka bisa dipastikan ada masalah pada
budayanya. Lebih spesifik pada komunikasi pegawainya.
3.
Menyita Waktu Pegawai Agar Senantiasa Terikat
Pada Perusahaan
Tentu seorang pebisnis ingin agar
pegawainya senantiasa atau ikut berperan serta dalam mengembangkan usahanya.
Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab munculnya budaya kerja buruk
pada lingkungan bisnis.
Bentuknya bisa beragam, misalkan
mengharuskan karyawannya lembur, memberikan legitimasi agama untuk membuat
pegawai bekerja lebih keras tanpa upah tambahan, dan berbagai jenis lainnya.
Intinya pegawai sulit meluangkan waktunya untuk pengembangan diri.
Sebuah perilaku memang tidak begitu
berdampak pada sebuah sistem bisnis, tetapi apabila perilakunya berulang serta
dianggap baik, dapat berpengaruh besar terhadap sebuah lingkungan bisnis. Bisa
jadi memperkuat atau memperlemah bisnisnya.
Sebagai seorang pemilik bisnis harus menghindari hal – hal yang kontra produktif, sehingga mampu mencapai tujuan bisnisnya. Salah satunya adalah dengan mengidentifikasi potensi budaya kerja buruk pada lingkungan bisnisnya.